Senin, 12 Maret 2012

Tata Cara Penulisan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Penulisan kata


Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata.

1. Kata dasar ditulis sebagai satu kaesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan) 
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola. 
2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi 
3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan. 
4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara. 
5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia. 
3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang berbentuk berubah beraturan (centang-perenang, sayur mayur). 
4. Gabungan kata atau kata majemuk 

1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola. 
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya. 
3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian Gabungan kata yang ditulis serangkai. 
5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu, miliknya. 
6. Kata depan atau preposisi (di, ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya. 
7. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil. 
8. Partikel 

1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah. 
2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun. 
3. Partikel per- yang berarti “mulai”, “demi”, dan “tiap” ditulis terpisah. Contoh: per 1 April, per helai. 
9. Singkatan dan akronim. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan singkatan dan akronim. 
10. Angka dan bilangan. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan tanggal dan angka. 

Kata turunan
Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan kata yang ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi tambahan untuk melengkapi aturan tersebut.

Jenis imbuhan
Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:

1. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
1. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se- 
2. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya 

2. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran. 
1. ber-an dan ber-i 
2. di-kan dan di-i 
3. diper-kan dan diper-i 
4. ke-an dan ke-i 
5. me-kan dan me-i 
6. memper-kan dan memper-i 
7. pe-an dan pe-i 
8. per-an dan per-i 
9. se-nya 
10. ter-kan dan ter-i 


3. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
1. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita. 
2. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-. 
Awalan me-
Pembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:
1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh → meluluh, me- + makan → memakan.
2. me- → mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- + baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas + i → memfasilitasi. 
3. me- → men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- + datang → mendatang, me- + tiup → meniup*. 
4. me- → meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h. Contoh: me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias → menghias.
5. me- → menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom → mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik. 
6. me- → meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*. 

Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus:
1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu → menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira.
2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me- + klarifikasi → mengklarifikasi. 
3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara sempurna. Contoh: me- + konversi → mengkonversi. 
Aturan khusus
Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu:
1. ber- + kerja → bekerja (huruf r dihilangkan)
2. ber- + ajar → belajar (huruf r digantikan l) 

Konsensus penggunaan kata 

Tiongkok dan tionghoa
Cina adalah bentuk dan penggunaan baku menurut KBBI. Ada himbauan untuk menghindari kata ini atas pertimbangan kesensitifan penafsiran. Sebagai alternatifnya diusulkan menggunakan kata “China”. Ini sebuah argumen yang tidak bisa didiskripsikan dan dijelaskan secara ilmiah bahasa, apalagi bunyi ujaran “China” – “Cina” adalah hampir sama (China dibaca dengan ejaan Inggris). Padanan untuk kata Cina yaitu Tiongkok (negara), Tionghoa (bahasa dan orang).
Mayat dan mati
* mati: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata wafat, meninggal, gugur, atau tewas (tergantung konteks).
* mayat: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata jasad atau jenazah. 

Pranala ke situs luar
Sebisa mungkin hindari penggunaan kalimat seperti “Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi situs ini.” pada artikel yang belum lengkap. Sebaiknya pranala ke situs tersebut dimasukkan ke bagian Pranala luar dan menambahkan Templat:Stub dengan mengetik:

{{stub}} 
atau {{rintisan}}di bagian akhir artikel.

Penggunaan “di mana” sebagai penghubung dua klausa
Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia TIDAK mengenal bentuk “di mana” (padanan dalam bahasa Inggris adalah “who”, “whom”, “which”, atau “where”) atau variasinya (“dalam mana”, dengan mana”, dan sebagainya). Penggunaan “di mana” sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata “yang” sebagai kata penghubung untuk kepentingan itu dan penggunaannya pun terbatas. Dengan demikian, HINDARI PENGGUNAAN BENTUK “DI MANA”, apalagi “dimana”, termasuk dalam penulisan keterangan rumus matematika. Sebenarnya selalu dapat dicari struktur yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia.

Contoh-contoh:

(1) Dari artikel Kantin: … kantine adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum di mana para pengunjung dapat makan … . 

* Usul perbaikan: … kantine adalah sebuah ruangan di dalam sebuah gedung umum yang dapat digunakan (oleh) pengunjungnya untuk makan … .

(2) Dari artikel Tegangan permukaan: Teganganpermukaan = F / L dimana :
F = gaya (newton)
L = panjang m).[sic] 

* Usul perbaikan: Apabila F = gaya (newton) dan L = panjang (m), tegangan permukaan S dapat ditulis sebagai S = F / L.
Di sini tampak bahwa “apabila” menggantikan posisi “di mana” (ditulis di kalimat asli sebagai “dimana”).
(3) Dari kalimat bahasa Inggris: Land which is to be planted only with rice … .
* Usul terjemahan: Lahan yang akan ditanami padi saja … .
Contoh-contoh lain silakan ditambahkan.
Kata penghubung “sedangkan”
Kesalahan penggunaan kata penghubung yang juga sering kali terjadi adalah yang melibatkan kata “sedangkan”. “Sedangkan” adalah kata penghubung dua klausa berderajat sama, sama seperti “dan”, “atau”, serta “sementara”. Dengan demikian secara tata bahasa ia TIDAK PERNAH bisa mengawali suatu kalimat (tentu saja lain halnya dalam susastra!). Namun justru di sini sering terjadi kesalahan dalam penggunaannya. “Sedangkan” digunakan untuk mengawali kalimat, padahal untuk posisi itu dapat dipakai kata “sementara itu”.

Contoh: Dari harian Jawa Pos:

“Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini, 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sedangkan jumlah total TPS se-Banten ada 12.849.”

Usulan perbaikan 1:
“Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap) sedangkan jumlah total TPS se-Banten ada 12.849.”


Usulan perbaikan 2:
“Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sementara itu, jumlah total TPS se-Banten ada 12.849.”

Daftar kata 
Untuk daftar yang lebih lengkap, lihat pula halaman utamanya.
Gabungan kata yang ditulis serangkai
1. acapkali
2. adakalanya 
3. akhirulkalam 
4. alhamdulillah 
5. astagfirullah 
6. bagaimana 
7. barangkali 
8. bilamana 
9. bismillah 
10. beasiswa 
11. belasungkawa 
12. bumiputra 
13. daripada 
14. darmabakti 
15. darmasiswa 
16. dukacita 
17. halalbihalal 
18. hulubalang 
19. kacamata 
20. kasatmata 
21. kepada 
22. keratabasa 
23. kilometer 
24. manakala 
25. manasuka 
26. mangkubumi 
27. matahari 
28. olahraga 
29. padahal 
30. paramasastra 
31. peribahasa 
32. puspawarna 
33. radioaktif 
34. sastramarga 
35. saputangan 
36. saripati 
37. sebagaimana 
38. sediakala 
39. segitiga 
40. sekalipun 
41. silaturahmi 
42. sukacita 
43. sukarela 
44. sukaria 
45. syahbandar 
46. titimangsa 
47. wasalam Kata yang sering salah dieja
Daftar ini disusun menurut urutan abjad. Kata pertama adalah kata baku menurut KBBI (kecuali ada keterangan lain) dan dianjurkan digunakan, sedangkan kata-kata selanjutnya adalah variasi ejaan lain yang kadang-kadang juga digunakan.
1. aktif, aktip
2. aktivitas, aktivitas 
3. alquran, al-Qur’an, Al-Qur’an, al Qur’an, Al Qur’an (maupun tanpa [']) 
4. analisis, analisa 
5. Anda, anda 
6. apotek, apotik (ingat: apoteker, bukan apotiker) 
7. asas, azas 
8. atlet, atlit (ingat: atletik, bukan atlitik) 
9. bus, bis 
10. besok, esok 
11. diagnosis, diagnosa 
12. Ekstrakurikuler, ekstrakulikuler 
13. ekstrem, ekstrim 
14. embus, hembus 
15. Februari, Pebruari 
16. frekuensi, frekwensi 
17. foto, photo 
18. gladi, geladi 
19. hierarki, hirarki 
20. hipnosis (nomina), menghipnosis (verba), hipnotis (adjektiva) 
21. ibu kota, ibukota 
22. ijazah, ijasah 
23. imbau, himbau 
24. indera, indra 
25. indragiri, inderagiri 
26. istri, isteri 
27. izin, ijin 
28. jadwal, jadual 
29. jenderal, jendral 
30. Jumat, Jumat 
31. kacamata, kaca mata 
32. kanker, kangker 
33. karier, karir 
34. Katolik, Katholik 
35. kendaraan, kenderaan 
36. komoditi, komoditas [2] 
37. komplet, komplit 
38. konkret, konkrit, kongkrit 
39. kosa kata, kosakata 
40. kualitas, kwalitas, kwalitet [2] 
41. kuantitas, kwantitas [2] 
42. kuitansi, kwitansi 
43. kuno, kuna [3] 
44. lokakarya, loka karya 
45. maaf, ma’af 
46. makhluk, mahluk, mahkluk (salah satu yang paling sering salah) 
47. mazhab, mahzab 
48. metode, metoda 
49. mungkir, pungkir (Ingat!) 
50. nakhoda, nahkoda, nakoda 
51. napas, nafas 
52. narasumber, nara sumber (berlaku juga untuk kata belakang lain) 
53. nasihat, nasehat 
54. negatif, negatip (juga kata-kata lainnya yang serupa) 
55. November, Nopember 
56. objek, obyek 
57. objektif, obyektif/p 
58. olahraga, olah raga 
59. orang tua, orangtua 
60. paham, faham 
61. persen, prosen 
62. pelepasan, penglepasan 
63. penglihatan, pelihatan; pengecualian 
64. permukiman, pemukiman 
65. perumahan, pengrumahan; baik untuk arti housing maupun PHK 
66. pikir, fikir 
67. Prancis, Perancis [4] 
68. praktik, praktek (Ingat: praktikum, bukan praktekum) 
69. provinsi, propinsi 
70. putra, putera 
71. putri, puteri 
72. realitas, realita 
73. risiko, resiko 
74. saksama, seksama (Ingat!) 
75. samudra, samudera 
76. sangsi (=ragu-ragu), sanksi (=konsekuensi atas perilaku yang tidak benar, salah) 
77. saraf, syaraf 
78. sarat (=penuh), syarat (=kondisi yang harus dipenuhi) 
79. sekretaris, sekertaris 
80. sekuriti, sekuritas [2] 
81. segitiga, segi tiga 
82. selebritas, selebriti 
83. sepak bola, sepakbola 
84. silakan, silahkan (Ingat!) 
85. sintesis, sintesa 
86. sistem, sistim 
87. surga, sorga, syurga 
88. subjek, subyek 
89. subjektif, subyektif/p 
90. Sumatra, Sumatera 
91. standar, standard 
92. standardisasi, standarisasi [5] 
93. tanda tangan, tandatangan 
94. tahta, takhta 
95. teknik, tehnik 
96. telepon, tel(f/p)on, telefon, tilpon 
97. teoretis, teoritis (diserap dari: theoretical) 
98. terampil, trampil 
99. ubah (=mengganti), rubah (=serigala) — sepertinya kedua-duanya berlaku 
100. utang, hutang (Ingat: piutang, bukan pihutang) 
101. walikota, wali kota 
102. Yogyakarta, Jogjakarta 
103. zaman, jaman 
Sumber: wikipedia.org